Jadi Redaktur Tanpa Background Sarjana Komunikasi


Halo, semuanya….

Apa kabar?
Kali ini saya ingin sedikit berbagi tentang keseharian profesi saya. Eeeeaaaa…..
Yap betul sekali, saya saat ini bekerja sebagai staff redaksi sebuah majalah perempuan di Sragen. Padahal major bidang yang saya tekuni sebelumnya adalah jurusan Kimia. Fakultasya Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Wow, beloknya kejauhan yah, kak. Tapi nggak masalah sih, asalkan sebelumnya punya persiapan, walaupun tidak punya background Ilmu Komunikasi, it’s okey Beiby….

Memang sih ada beberapa hal yang perlu di-prepare jauh-jauh hari, nih bakalan saya jelentrehkan satu per satu ya.

Punya passion dalam menulis dan sharing

Hal yang pertama  mesti dimiliki adalah punya passion menulis dan sharing. Coba deh, kamu perhatikan dalam diri kamu sendiri, apakah kamu suka menulis atau tidak? Apakah setiap menjalani kegiatan menulis kamu merasa bahagia? Apakah kamu selalu gatal pengen nge-share segala macam informasi yang kamu punya? Apakah kamu punya curiosity yang sangat tinggi untuk mengetahui sesuatu hal alias kepo?
Please, jika kamu punya segala macam hal yang saya sebutkan tadi, silahkan mengelola kekuatan kamu untuk menjadi staff redaksi atau jurnalis yang bermanfaat. Ya, paling nggak kamu tidak terperosok ke lembah hitam menjadi minceu Lambe Turah yang manfaatnya masih dipertanyakan.#eh
Kalau nggak punya passion di dalam menulis dan sharing, gimana dong?
Ya sudahlah, mending kamu cari di aktivitas yang lain. Mungkin passion-mu memang bukan di situ dan kamu bisa sukses dan bahagia tanpa harus menjadi jurnalis.

Ikut seminar kepenulisan dan gabung di PersMa

Kalau kamu sekarang masih berstatus sebagai seorang mahasiswa, tak ada salahnya untuk bergabung di lembaga Pers Mahasiswa. Di sana biasanya kamu bakalan dapat kesempatan untuk ikut seminar kepenulisan dan workshop jurnalistik. Please, kemampuan menulismu  yang sebelumnya jangan bikin kamu lembam. Masih ada perjalanan  panjang untuk mengasah dan mengelola bakat juga passion-mu tadi.
Kalau kamu bergabung dengan forum kepenulisan atau persma dan rajin ikut seminar kepenulisan, akan ada banyak hal baru yang kamu pelajari. Kamu juga akan bertemu dengan teman atau senior dalam hal kepenulisan, yang bisa kau ajak diskusi dan tukar pikiran soal tulisan. Kamu juga akan mendapat materi komunikasi dasar di sana.
Tak hanya belajar dalam hal kepenulisan. Di sini kamu ditantang untuk praktik langsung. Kamu akan paham bagaimana proses terbentuknya suatu majalah. Kamu akan tahu ribetnya nyari periklanan, promosi penjualan, nyari narasumber, bikin transkrip, nge-layout dan kurasi foto. Nikmati saja, kalau kau terbiasa tak akan kaget kok.

Banyak baca buku soal jurnalistik

Baca, itulah hal yang super penting untuk dilakukan dalam profesi apapun. Pun juga ketika kamu tertarik untuk menjadi wartawan. Kamu harus banyak baca, karena wawasanmu amat sangat diperlukan untuk membuat sebuah berita layak naik cetak. Jangan lupa baca buku tentag jurnalistik juga, pelajari kode etik jurnalistik. Pahami dengan baik do & don’ts dalam kehidupan seorang wartawan. Oh ya selain baca buku jurnalistik ada juga buku wajib lain yang harus kamu pelajari dan amalkan yaitu PUEBI (Panduan Umum Ejaan Bahasa Indonesia) dan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). KBBI ada aplikasi offline-nya di dalam ponsel. Kamu bisa meng-installnya. 

Bukalah LinkedIn wartawan senior
Yap, selain rajin stalking akun gebetan, rajinlah stalking akun LinkedIn jurnalis senior yang sudah terkenal. Pelajari skill apa saja yang mereka punya. Kamu bisa mengikuti jejak mereka. Dan yang pasti pada intinya, jangan mudah menyerah, tetap semangat, be strong bakoh dan kuat.
Demikian tips dari saya, semoga bermanfaat.

XOXO

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Komunitas) Blogger Perempuan

Cantik atau Pintar?

2017: Sometimes I win, Sometimes I learn